Anggaran Iklan dan Komunikasi Pemasaran

Sebelumnya telah kita bahas perbedaan peran nama merek dan kemasan dalam proses pengembangan merek. Nama merek bisa berfungsi sesuai prinsip Joyce dan Juliet, sementara dalam hal kemasan ada pembedaan antara peran aktif dan peran pasif. Bila anggaran komunikasi pemasaran kecil, nama merek akan menuruti prinsip Joyce. Di sini makna intrinsik nama merek amat relevan, yang berarti citra merek sangat mengandalkan asosiasi-asosiasi yang dibangkitkan nama merek itu. Namun bila tersedia anggaran komunikasi pemasaran yang besar, nama merek lebih condong menuruti prinsip Juliet. Dalam hal ini citra merek tidak begitu ditentukan makna merek itu, tapi seiring berjalannya waktu nama merek akan membangkitkan asosiasi-asosiasi di benak konsumen hasil dari stimulasi iklan. Karena itu dengan anggaran iklan besar, pemasar bisa memilih nama merek yang tidak mengacu pada produk atau pengalaman konsumsi yang terkait dengannya.

Icetea

Icetea

Besarnya anggaran komunikasi pemasaran menentukan sejauh mana merek bisa berperan sebagai simbol atau sinyal (dalam hal anggaran rendah, nama merek lebih baik berperan sebagai simbol). Bila anggaran komunikasi pemasaran kecil, pilihan nama yang memadai amatlah vital. Dengan anggaran besar, melalui iklan, asosiasi negatif yang mungkin melekat pada nama merek itu sendiri bisa diredam atau bahkan dilenyapkan. Bila perusahaan mengalokasikan anggaran komunikasi pemasaran yang besar, lebih mungkin dipilih strategi merek multilitik ketimbang strategi merek dualitik atau monolitik. Baca lebih lanjut

Kemasan juga mempengaruhi citra merek

Peran kemasan sebagai atribut ekstrinsik  produk tak bisa disepelekan. Kemasan produk tak hanya berfungsi protektif, namun sebagai atribut juga mempengaruhi citra merek di mata konsumen. Makin kecil belanja iklan dalam pengembangan citra merek, makin penting peran kemasan karena seolah-olah berfungsi sebagai  ‘salesman bisu di titik penjualan’.

Kemasan mempengaruhi citra merek dalam dua cara: kemasan mencerminkan kualitas produk dan kemasan mampu memperkaya asosiasi yang tak terkait dengan atribut intrinsik pada merek. Bahwa kemasan bisa memberi gambaran atribut intrinsik terbukti  dalam percobaan/eksperimen di mana responden diminta mencicipi keripik dari dua kantong. Satu kantong dari bahan sintetis (polyvinil) dan lainnya terbuat  dari kertas yang dilapisi lilin. Meskipun blind test menunjukkan keripik dari kedua kantong dirasa sama enak, tes di mana subyek bisa melihat kemasannya mendapati bahwa keripik dari kantong sintetis dirasa lebih enak dan lebih crispy ! Baca lebih lanjut