Seribu stimuli dalam sehari

Dunia komunkasi pemasaran saat ini makin diwarnai dengan fenomena clutter. Konon seseorang yang hidup di kota besar dalam rentang waktu 24 jam rata-rata terpapar tidak kurang dari seribu bentuk stimuli. Begitu banyak iklan, banner, spanduk, baliho, poster, brosur, stiker, dll. yang kita lihat, dengar dan kita terima baik secara sukarela maupun tidak, baik secara sadar maupun tidak sadar, membuat kita merasa kewalahan, kebebanan (overload) dan bingung. Akhirnya terpaksa berlaku semacam proses seleksi, mana-mana yang dalam persepsi kita terlihat menarik, relevan sekaligus tidak lazim akan lebih mencuri perhatian dan akan mempengaruhi preferensi merek.  Iklan televisi yang kerap ditayangkan namun biasa-biasa saja, misalnya, akan luput dari radar kita, akan diabaikan, tidak meninggalkan kesan atau jejak apa-apa, ’masuk telinga kiri keluar telinga kanan’. Jadi faktor frekuensi kadang tidak banyak berdampak kalau iklan tidak dieksekusi dengan baik. Padahal, meskipun televisi diakui salah satu media beriklan yang paling efektif, namun televisi merupakan media yang paling mahal untuk beriklan.

Masyarakat yang makin cerdas juga akan membuat iklan harus mampu menembus ’cognitive defence’ sebelum benar-benar diproses dalam proses evaluasi pembelian oleh konsumen. Konsep iklan yang bagus pun kadang tidak memadai lagi, diperlukan kreativitas dalam eksekusi iklan dan pemilihan media. Media cetak, radio, televisi dan media digital punya ciri-ciri tersendiri, masing-masing punya kelebihan dan kelemahan. Kreativitas dalam eksekusi bisa melipatgandakan efek iklan. Iklan serial akan membuat penasaran, iklan sensual yang masih wajar dan product placement yang natural, misalnya akan meningkatkan awareness dan interest. Lebih jauh lagi diperlukan media kreatif. Media-media yang di luar kelaziman perlu dipertimbangkan. Balon iklan, house styles, bentuk bangunan dan kendaraan yang menarik serta ambient advertising atau iklan anti radar akan mencuri perhatian konsumen. Apalagi kalau segmentasi dan positioningnya memang berkaitan dengan gaya hidup segmen yang amat mobile dan dinamis, maka pemilihan media kreatif itu akan lebih efektif menjangkau dan merayu segmen tersebut.

 

Namun kesemua itu harus dipadukan dalam satu rangkaian pesan yang konsisten dan saling menguatkan. Sekali lagi, komunikasi pemasaran yang terpadu. Packaging dan desain produk, misalnya, juga punya andil dalam meningkatkan citra merek. Juga relationship marketing yang efektif akan membuat banyak pembeli menjadi pelanggan loyal. Sistem recovery yang bertugas merawat pelanggan yang kecewa akan membuat mereka justru bertransformasi menjadi pelanggan setia. 

9 Komentar

  1. numpang promosi ya…
    dari blog terbaik (menurutku sih…) http://www.m4rnos.com

  2. waw,,picnya mantep,,

  3. daftar ibsn yuk di sini,, trus logonya ambil di sini,,

    berbagi tak pernah rugi,,salam ibsn,,

  4. wehe,,bro2 n sist2 di luar, wassap??

    mw liat yg baru2? samperin aje blog gue,,hhe,,

  5. Kalau sudah terlalu banyak, orang cenderung resisten terhadap iklan. Disinilah masuknya WOM.

  6. nah itu penting tuh..sistem yang mampu merawat pelanggan yang kecewa. gmana mulainya pak ?

  7. perlu berfikir dan menfaatkan semua peluang

  8. konsep imc tu dapat di gunakan dalam bidang apaun ya pak?

  9. klo menggantungkan pd iklan yg heboh sj msh kurang cukup. dibutuhkan brand experience a/ pengalaman positif thd merk spy loyalitas konsumen ttp terjaga..


Comments RSS TrackBack Identifier URI

Tinggalkan komentar