Kemasan juga mempengaruhi citra merek

Peran kemasan sebagai atribut ekstrinsik  produk tak bisa disepelekan. Kemasan produk tak hanya berfungsi protektif, namun sebagai atribut juga mempengaruhi citra merek di mata konsumen. Makin kecil belanja iklan dalam pengembangan citra merek, makin penting peran kemasan karena seolah-olah berfungsi sebagai  ‘salesman bisu di titik penjualan’.

Kemasan mempengaruhi citra merek dalam dua cara: kemasan mencerminkan kualitas produk dan kemasan mampu memperkaya asosiasi yang tak terkait dengan atribut intrinsik pada merek. Bahwa kemasan bisa memberi gambaran atribut intrinsik terbukti  dalam percobaan/eksperimen di mana responden diminta mencicipi keripik dari dua kantong. Satu kantong dari bahan sintetis (polyvinil) dan lainnya terbuat  dari kertas yang dilapisi lilin. Meskipun blind test menunjukkan keripik dari kedua kantong dirasa sama enak, tes di mana subyek bisa melihat kemasannya mendapati bahwa keripik dari kantong sintetis dirasa lebih enak dan lebih crispy ! Baca lebih lanjut

Strategi Co-Branding

Dalam strategi co-branding, dua merek melakukan aliansi, misalnya, dengan melansir produk baru dengan menggabungkan dua merek (seperti Sonny-Erricson, Philips-Alessi). Dalam kasus ini ada merek

utama (header) dan merek penguat (modifier). Kategori produk dari produk co-brandinglah yang menentukan merek mana yang berfungsi sebagai header brand. Karena produk Philips-Alessi termasuk kategori peralatan (elektrik) rumah tangga, maka kaitannya lebih ke produk yang dihasilkan Philips (Alessi sendiri memproduksi asesoris dan peralatan nonelektrik). Jadi, Philips bisa dianggap sebagai header brand.

Co-branding adalah aliansi antara dua merek yang sengaja dibuat jelas di mata konsumen. Fokus co-branding adalah sinergi yang saling menguntungkan, baik kognitif, emosional Baca lebih lanjut

Merek dan Produk

Konsumen di seluruh dunia dewasa ini amat dimanjakan oleh begitu banyak merek yang tersedia di pasar. Mereka bisa memilih 750 merek (brand) mobil, 150 merek lipstik, dan 93 merek makanan kucing yang kesemuanya menawarkan fitur dan keunggulannya masing-masing. 

Proses branding tak pelak lagi sangat vital bagi pemasaran sebuah produk. Proses pengembangan merek akan mengangkat statusnya lebih dari sekedar sebuah produk. Hal ini juga mengingatkan kita akan kebenaran pernyataan salah seorang pemasar Revlon bahwa memang yang secara fisik dibuat di pabrik adalah produk, namun di toko-toko, yang dibeli konsumen tidak lain adalah merek. Mereklah yang mampu memberi jaminan kualitas dan menyorongkan image yang positif.  Terutama dengan terus menggali sisi emosional produk, pemasar dapat mengembangkan keunikan-keunikan intangible mereknya di tengah-tengah persaingan yang ketat, sehingga mereknya sulit ditiru atau ditandingi merek lain. Dengan adanya kontak emosional inilah, sebuah merek bisa dibedakan dengan merek-merek lainnya. Merek-merek yang terkenal hingga puluhan tahun mampu secara terus-menerus memperbaharui diri agar dapat merasakan denyut emosi dan keinginan konsumen sehingga dengan demikian tercipta suatu relasi jangka panjang yang kokoh antara merek dengan konsumen.

Baca lebih lanjut