Strategi Kubu JK mendongkrak elektabilitas

Jusuf Kalla bergirang hati bahwa elektabilitasnya terus meningkat sekitar 0,5 persen tiap harinya. “Trend pasangan JK-Wiranto sangat bagus, hampir naik 0,5 persen per hari, berarti bisa naik dari angka 15 lagi dari angka sekarang,” kata JK saat membuka Silaturahmi Nasional II Dewan Penasihat Golkar di Jakarta, beberapa hari yang lalu.jk

Adalah hasil kerja kerasnya setelah mendeklarasikan capres dan kampanye ke berbagai daerah sebagai alasan di balik lonjakan elektabilitas tersebut. “Kami paling rajin memberi penjelasan pada masyarakat serta menghadiri undangan masyarakat memberikan penjelasan. Kalau pemimpin tidak bisa menjelaskan, artinya dia tidak bisa dipercaya,” demikian JK yang berharap seluruh kader beringin jangan memiliki sikap kalah sebelum bertanding.

Bisa dibilang tim pemenangan resmi pasangan JK-Wiranto yang diketuai Anggota Dewan Penasehat Partai Golkar, Fahmi Idris sudah mulai panas mesinnya. Jumlah resmi tim ini sekitar 600 orang di seluruh Indonesia. Pendukung utamanya adalah tim relawan Pelangi. Kelompok ini adalah reinkarnasi komunitas Lembang Sembilan, yang merupakan ikon pendukung SBY-JK pada Pilpres 2004 lalu. Dalam tim ini, berafiliasi puluhan organisasi massa pendukung JK-Wiranto, salah satunya adalah JK Fans Club. Tim ketiga adalah Masyarakat Peduli Sesama (MPS) yang disasar khusus untuk segmen tertentu. Tim lain yang berada di luar struktural tim pemenangan resmi adalah Presidium Pemuda Indonesia (PPI). Tim ini menghimpun para mantan aktivis mahasiswa dan ormas. Tim ini mendukung dalam menyebarkan isu dan pencitraan untuk merayu para pemilih muda.

Namun sebenarnya dalam hal perumusan isu dan pencitraan, JK-Wiranto lebih mempercayakannya kepada tim Negarawan Center. Kelompok ini digagas oleh Johan O Silalahi, yang juga presiden Lembaga Riset Informasi (LRI). Tapi, sekalipun tidak resmi, tim sukses justru banyak meminta masukan NC terkait pendongkrakan elektabilitas JK-Wiranto. Johan dianggap profesional dan sedikit banyaknya mengetahui strategi musuh utama JK-Wiranto di Pilpres, yakni duet SBY-Boediono. Bagi Johan, untuk menghadapi tim pemenangan SBY-Boediono, bukan perkara sulit. Alasannya, dia mengetahui pola gerakan SBY-Boediono. Apalagi sekitar tujuh bulan lalu dia sempat diminta Hatta Rajasa membantu merancang strategi pemenangan SBY.

Negarawan Center menopang JK-Wiranto melalui pencitraan. Menggunaan nama Johan Foundation, lembaga pencitraan pasangan JK-Wiranto, saat ini setidaknya telah ditayangkan di teve-teve iklan testimoni beberapa tokoh. Lima seri iklan yang dirancang khusus semuanya bertema kenegarawanan yang menampilkan lima tokoh nasional yang berbeda, yaitu mantan Ketua PB Muhammadiyah Syafii Ma’arif, Solichin GP, Hasyim Muzadi, Budiarto Shambazy dan Kwik Kian Gie dengan JK sebagai tokoh sentral. Dalam iklan, tokoh-tokoh ini memuji karakter kepemimpinan JK.

Johan Foundation sendiri menepis jika iklan itu bentuk kampanye JK. Mereka menyatakan, iklan itu hanya untuk mengenalkan sosok JK secara pribadi.  “Kita kemas dalam iklan layanan masyarakat. Kami mengiklankan bukan sosok JK pribadinya, tapi leadership kepemimpinan. Ini iklan pendidikan. Misinya memberikan pelajaran kepemimpinan,” kilah Johan.
Menurut Johan, iklan testimoni itu baru langkah awal. Ke depannya, Johan Foundation akan membesut iklan-iklan lain terkait pencitraan JK-Wiranto. Johan akan menyulap image JK sebagai negarawan sejati.“Target utama kami memberi pemahaman kepada masyarakat, kalau JK itu bukan sekadar saudagar, melainkan sebagai sosok teknokrat dan juga negarawan,” ujarnya. Menurutnya, JK selama ini adalah sosok yang low profile karena itu perlu reposisi prestasi pemerintah ke diri JK. Johan juga memanfaatkan polling elektabilitas SBY yang sedikit merosot. Jadi menurut Johan mudah saja mengerek citra JK. “Pull elektabilitas SBY, push elektabilitas JK “. Melalui tagline “Lebih cepat, lebih baik” dan berbagai iklan yang muncul di televisi, maka gaya manajemen kepemimpinan JK yang ditampilkan adalah “penyelesaian/proses cepat berorientasi hasil/output”. JK mengemas ini semua dengan tema utama tentang “kemandirian bangsa”.

Persepsi yang dicoba untuk dibangun adalah gaya komunikasi JK yang egaliter yang diharapkan mampu menarik simpati publik perkotaan. Bagi segmen ini, simpati dibangun dengan tampil spontan membuka sepatu. Hanya bagi pemilih yang masih mengidealkan kepemimpinan tradisional, yang kemungkinan besar merupakan mayoritas pemilih, gesture semcam itu mungkin bisa dianggap kurang pas.

Harus pula diwaspadai.pesan yang berlebihan, baik secara above the line (ATL) dan below the line (BTL), yang menunjukan bahwa JK ingin tampil sebagai seorang Hero. “Lebih cepat dan lebih baik” bukan tidak mungkin menawarkan jebakan bagi JK. JK ngotot membuktikan itu semua dalam setiap kesempatan yang memungkinkan. Hendak dipersepsikan bahwa segenap masalah yang dihadapi bangsa ini akan dapat dibereskan oleh JK.

Kalau kita buatkan daftar itu semua meliputi klaim-klaim prestasi pemerintah, rencana pengusiran IMF, bantuan untuk AS melalui pembicaraan dengan Joe Biden (meski agak menggelikan), janji kenaikan gaji untuk aparat desa, janji kenaikan anggaran pendidikan untuk dokter spesialis, janji penghapusan sistim outsourcing dan kerja kontrak, ancaman sewa untuk gedung Deptan, penyelesaian kasus Lapindo dalam setahun. Semuanya, dicemaskan seorang analis, menjadi bersifat hiperbola.

Selain bergerilya lewat udara, NC juga membuat konsep bagi pencitraan JK-Wiranto melalui tim kampanye resmi dari DPP Golkar dan Hanura, maupun para relawan. Lantas berapa anggaran yang disiapkan JK-Wiranto untuk pemolesan citra tersebut? Johan secara tegas mengatakan dirinya tidak menerima uang sepeser pun baik dari JK maupun Golkar.

“Silakan dicek ke JK atau ke Golkar kalau saya menerima uang. Karena biaya iklan serta pencitraan JK saya dapat dari swadaya teman-teman yang merasa simpati dengan JK,” tandasnya.

Seluruh tim saat ini sudah mulai bergerak. Selain menggarap ormas-ormas, tim JK-Wiranto memfokuskan upaya pada masa tradisonal, terutama wilayah Indonesia Timur dan basis Nahdlatul Ulama (NU) di tanah Jawa. Apalagi JK-Win didukung oleh PKNU, yang punya basis massa kuat di Jawa Timur

Potensi yang dimiliki pasangan JK-Wiranto merepresentasikan Jawa dan luar Jawa. Tapi dengan catatan kalau masyarakat masih mengidentitaskan kedaerahannya. Potensi kedua, JK memiliki mesin politik Golkar yang infrastrukturnya lengkap hingga ke daerah.

“Potensi lain yang tidak kalah penting, saat ini posisi JK juga sebagai wapres. Kinerjanya di wapres bisa juga dijual untuk meraih dukungan,” ulas pengamat politik dari Universitas Indonesia, Lili Romli.

Tapi kendalanya, suara Golkar tidak utuh karena banyak kadernya yang pindah ke lain hati dalam urusan capres-cawapres. Kalau tidak segera diatasi tidak mustahil mesin politik Golkar akan mandul.

Persoalan lainnya, analisa Lili, elektabilitas JK-Wiranto kurang moncer dibanding SBY atau Megawati. Jadi JK-Wiranto membutuhkan betul pencitraan yang intensif supaya bisa melekat di benak masyarakat. “Tapi bisa tidak persoalan pencitraan tersebut dibangun dalam tempo 2 bulan?”

Mesti diakui berbagai survei mengindikasikan elektabilitas JK masih rentan. Lembaga Survei Nasional menyatakan pangsa JK-Wiranto hanya 6,8 persen. Sedang menurut LSI, JK-Wiranto memiliki elektabilitas 7 persen, SBY-Boediono 71 persen dan Mega-Prabowo 18 persen. Hanya survei LRI saja yang menempatkan JK-Wiranto pada posisi yang memberi harapan, yaitu pada level 29 persen, mendekati SBY-Boediono 33 persen. Sebuah upaya lain dari Johan untuk melawan efek bandwagon, saya yakin dalam pikirannya kini hampir semua lembaga survei lain gencar merekayasa survei sebagai alat penggalangan opini bagi pemenangan SBY dalam satu putaran saja.

6 Komentar

  1. makasih infonya

  2. Oh LRI dibawah Johan Fondation berpihak pada JK-Wranto. Saya rencana jadi relawan quickqount LRI.

  3. Wah, tidak ada update lagi yah? Padahal bagus tulisannya…

    Salam revolusi romansa,
    Lex dePraxis
    Unlocked!

  4. keren artikelnya…

  5. Pilpres 2009 memberi pelajaran berharga, elektabilitas tdk bisa digeber dlm waktu singkat, seberapa canggih metode dan semangat tim suksesnya. pelajaran lain, survei terpercaya mjd bahan strategi, survei tandingan (utk meredam bandwagon effect) tdk ada gunanya selain menghibur pemesannya.

  6. artikel bagus..
    kebetulan lagi bikin makalah tentang politik
    izin copas
    makasih ya…


Comments RSS TrackBack Identifier URI

Tinggalkan komentar