Kreativitas iklan untuk menembus fenomena ‘clutter’

Saat kita menyalakan televisi, bisa dipastikan kita akan melihat banyak iklan bersliweran di sana. Begitu pula dalam perjalanan pulang dari kantor, misalnya, mau-tak-mau kita melihat iklan-iklan bertebaran dipampang di pinggir atau di atas jalan, baik berbentuk papan iklan ataupun neonbox. Dalam lingkungan masyarakat modern, kita seakan terkepung oleh berbagai ‘pesan sponsor’ yang menyerang kita tanpa pandang bulu.

Namun begitulah, memang sudah menjadi tugas pemasar untuk terus-menerus berusaha menyemai dan memperkuat brand awareness dari produk-produk yang mereka tawarkan. Bila perlu, segala macam cara dan kiat mereka halalkan. Tak pelak lagi, pemasar yang smart kini memiliki berbagai ragam taktik promosi dan tak segan menerapkan taktik-taktik mereka dengan canggih untuk memaksimalkan dampak aktivitas komunikasi pemasaran.

Jajaran kreatif periklanan sendiri pada umumnya sepakat bahwa menayangkan iklan bagaikan upaya ‘mencuri’ sekotak kavling di benak konsumen

melalui pembentukan persepsi. Untuk itu mereka berusaha keras merumuskan pesan yang unik (kalau bisa mediumnya juga unik) agar punya daya tarik sehingga berhasil menembus dan menancapkan pesan di benak konsumen. Tidak mudah tentu saja, antara lain karena fenomena kesemrawutan iklan (advertising clutter), sehingga kampanye iklan yang biasa-biasa saja ibarat menuang air ke dalam lautan.

Pemasar pun makin menyadari bahwa kini lanskap bisnis dalam kaitannya dengan komunikasi sudah banyak berubah. Ada lima fenomena yang membuat lanskap bisnis lama sudah mulai dirasa tak relevan lagi. Pertama, banjir informasi yang cenderung memanjakan konsumen. Kedua, liberalisasi perdagangan yang membuka sekat-sekat usaha yang selama ini menjadi usaha domestik. Ketiga, komoditasi produk yang makin cepat sebagai dampak inovasi dan persaingan yang makin intensif. Keempat, media mania yang telah berhasil merebut kepercayaan publik sebagai sumber fakta dan kebenaran sehingga memiliki pengaruh besar terhadap mati-hidupnya suatu usaha.

Terakhir, belanja iklan yang meroket sehingga komunikasi pemasaran menjadi overload dan makin tidak efektif karena konsumen cenderung menurun kemampuannya mengingat pesan yang telah dilihat dan didengar. Banyaknya iklan dalam setiap media akhirnya berimbas pada merosotnya dampak iklan pada khalayak sasarannya. Mereka jenuh melihat iklan yang semakin meluber sehingga kini cenderung mulai menghindar. Mereka getol mencari media-media lain yang dapat memenuhi kebutuhan informasi dan hiburan tanpa harus diganggu jumlah iklan yang berlebihan. Semakin banyaknya iklan yang menghujani konsumen membuat iklan—walaupun cukup kreatif—yang ditempatkan dalam media konvensional tidak mampu mencuri perhatian. Karenanya di masa depan pekerja kreatif periklanan dituntut tidak hanya kreatif menciptakan materi, namun juga memadukan kreativitas tersebut dengan medianya.

3 Komentar

  1. Iya sich… kita semakin jenuh dengan iklan yang ditawarkan,, pas aku jalan2 ke surabaya, dari bandara menuju hotel garden palace, aku ga tau nama jalannya apa, lah kok banyak rumah yang temboknya di buat iklan provider selluler, menurut aku seh kreatif… tapi lama2 kalo dibiarkan nggilani ker..

  2. benar juga…jika sebagai konsmuen televisi, jika mulai masuk tayangan iklan,, banyak diantara kita yang akan memilih mengganti saluran tv-nya, apalagi dengan sekali tekan tombol remote, kita sudah bisa memilih tayangan yang lain,,,dan baru akan kembali ke saluran semula 5 menit kemudian…
    bisa dikatakan ini karena iklan yang semakin menjamur dan terkadang kurang mengandung nilai..sperti iklan tor*-tor*,,
    memang komunikasi pemasaran perlu cara yang perlu lebih kretaif dan berisi dalam memanfaatkan media yang ada untuk mempromosikan produk mereka..

  3. ya, bisa disadari juga, kalo iklan yang paling meyakinkan, bagus, unik, bahkan barang yang dipromosikannya itu adalah barang yang memang bagus dan bisa meyakinkan masyarakat tentang kelebihannya itu, otomatis masyarakat juga akan mengkonsumsi/membelinya dengan keyakinan hati mereka.
    info baguss..


Comments RSS TrackBack Identifier URI

Tinggalkan komentar