Diferensiasi Merk

Menyambung pertanyaan tentang sensitivitas merek, pertanyaan berikutnya adalah: Apakah diferensiasi bersifat istimewa? Kita lihat sebagai akibat dari makin melubernya merek, pemasar kini makin sulit menemukan basis nyata diferensiasi produk. Sekarang ini, misalnya, ada lebih dari 100 merek rokok. Hampir tak mungkin pemasar menerapkan diferensiasi pada masing-masing merek berdasarkan jenis, rasa tembakau, atau jenis kertas yang digunakan. Menurut riset, rata-rata lebih dari 50% jumlah konsumen hanya tahu sedikit atau bahkan merasa tidak ada perbedaan antar merek di kategori produk tertentu (sejauh mana konsumen menganggap produk sebagai barang identik disebut sebagai level of brand parity).

Nah, apabila diferensiasi berdasar aspek-aspek material sulit dilakukan, maka jalan keluarnya adalah diferensiasi pada aspek-aspek imaterial. Jenis diferensiasi ini biasanya dibuat dengan menciptakan dunia pengalaman tertentu di sekitar merek (misalnya Amild, ClassMild, Marlboro Country, Xmild dan UMild Baca lebih lanjut

Ekuitas Merek

Kendati perannya telah terhitung sejak lama, namun baru pada abad 20 merek dan asosiasi merek menjadi begitu penting bagi pemasar. Bisa dikatakan pemasaran modern diwarnai oleh penciptaan berbagai merek. Pemasar saat itu mulai mengandalkan riset untuk membantu mereka merumuskan dan mengembangkan basis diferensiasi merek. Penggunaan atribut, nama, kemasan, strategi distribusi, dan iklan diyakini bisa menancapkan asosiasi merek yang unik di benak pelanggan. Sejak saat itu, terjadi pergeseran besar-besaran dari komoditas menjadi produk bermerek. Alhasil dalam membeli sebuah produk, konsumen tidak lagi sekedar berpatokan pada tinggi rendahnya harga, namun lebih melihat basis diferensiasi merek. Sejak itu pertumbuhan merek baru makin bertumbuh pesat. Ribuan merek baru dilansir tiap tahunnya.
Nah, kini kita tahu beda antara merek dan produk, namun tahukah anda bahwa perlu waktu berpuluh tahun untuk menyadari perbedaan ini secara eksplisit dalam ilmu pemasaran? Baca lebih lanjut